Pengertian Konjungsi, Macam Macam Konjungsi dan Contohnya

Dalam sebuah kalimat, kita akan sering menjumpai konjungsi. Konjungsi ini digunakan untuk membuat kalimat menjadi lebih mudah dipahami. Lalu, sudah tahukah kamu apa pengertian konjungi? Apa pula macam macam konjungsi? Dan seperti apa contoh kalimat konjungsi? Bagi yang masih belum paham, kita akan membahasnya pada artikel kali ini.
Memahami mengenai konjungsi adalah hal penting dalam bahasa Indonesia. Sebab, konjungsi ini akan sering kita gunakan dalam membuat kalimat. Penggunaan konjungsi pun juga harus tepat sehingga kalimat yang dibuat tidak ambigu atau menimbulkan kerancuan.


Pengertian Konjungsi

Konjungsi juga sering disebut sebagai kata sambung. Pengertian konjungsi ini sederhananya adalah sambungan kata atau kata penghubung maupun perangkai yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, kalimat dengan kalimat, atau pun ungkapan dengan ungkapan.
Seperti apa bentuk konjungsi yang sering muncul? Beberapa contoh konjungsi yang sering digunakan misalnya : oleh karena itu, meskipun, sesungguhnya, walaupun demikian, sebagai tambahan, karena, sebab, sehingga, dan lain sejenisnya.
Pengertian konjungsi menurut pendapat lain ada pula yang menyatakan bahwa konjungsi adalah suatu kata yang dijadikan sebagai penghubung antarklausa atau antarkalimat atau antarparagraf. Adanya kata penghubung ini bertujuan agar kalimat atau klausa atau paragraf bisa terlihat lebih padu atau memiliki hubungan yang erat.

Macam Macam Konjungsi

Macam macam konjungsi yang dapat digunakan ada beberapa. Berikut adalah beberapa konjungsi antarkalimat beserta fungsi konjungsi tersebut. Berikut adalah macam macam konjungsi yang dilengkapi dengan contohnya.
  • Konjungsi yang menyatakan tentang suatu peristiwa, hal, atau keadaan yang terjadi di luar dari keadaan yang sebelumnya telah dinyatakan. Contohnya: lagi pula, selain itu, dan tambahan pula.
  • Konjungsi yang menyatakan tentang akibat. Contohnya: oleh sebab itu, oleh karenanya, maka.
  • Konjungsi yang menyatakan keadaan yang sesungguhnya. Contohnya: bahwasanya, sebetulnya, sesungguhnya.
  • Konjungsi yang menyatakan tentang pertentangan yang terjadi dengan pernyataan yang terletak pada kalimat sebelumnya. Contohnya: sungguhpun demikian, biarpun begitu, meskipun demikian, meski begitu, walaupun demikian.

Cara menggunakan konjungsi antarkalimat

Penggunaan konjungsi antarkalimat harus diperhatikan secara tepat. Misalnya saja, dalam penggunaan kata penghubung, ketika induk kalimat mendahului anak kalimat, maka tidak perlu disisipi dengan tanda koma (,).
Namun, apabila kata penghubung yang digunakan menunjukkan pertentangan, misalnya kata ‘tetapi’, ‘sedangkan’, maka pada kalimat tersebut perlu diberi tanda koma (,). Lalu, apabila anak kalimat diletakkan mendahului induk kalimat, maka di antara anak dan induk kalimat, diberi sisipan berupa tanda koma (,).
Lalu, bagaimana untuk mengetahui serta membedakan mana yang anak kalimat dan induk kalimat? Anak kalimat bisa dikenali dengan memahami ciri – ciri anak kalimat, yakni : tidak dapat berdiri sendiri, serta diawali dengan kata penghubung.
Sebagai catatan, jika subjek terdapat pada induk yang sama, maka subjek yang terletak pada anak kalimat tidak perlu diungkapkan. Agar lebih jelas, mari kita lihat contoh berikut:
* Lia selalu mendapat nilai baik pada matematika karena rajin belajar.
  • Lia selalu mendapat nilai baik pada (sebagai induk kalimat)
  • matematika karena rajin belajar (sebagai anak kalimat)

Mengenal Konjungsi Koordinatif

Dalam materi konjungsi, ada berbagai macam konjungsi yang dapat digunakan. Salah satu macam konjungsi tersebut adalah konjungsi koordinatif. Konjungsi koordinatif adalah kata penghubung yang digunakan pada kalimat – kalimat yang sederajat, atau sama -sama dari induk kalimat.
Berarti, kedua kalimat tersebut sifatnya tidak bergantung pada kalimat – kalimat lainnya. Konjungsi koordinatif ini masih terbagi lagi ke dalam beberapa jenis. Berikut adalah macam macam konjungsi koordinatif.

#1 Konjungsi kumulatif, adalah jenis konjungsi yang menunjukkan pada penambahan. Konjungsi yang termasuk dalam golongan kata hubung kumulatif, meliputi :
  • Dan
  • Dan juga
  • Dan juga, lagi pula
  • Di samping itu
  • Juga
  • Kedua
  • Lebih – lebih lagi, lagi pula
  • Selanjutnya
  • Selanjutnya, lagi pula
  • Seperti itu pula
Konjungsi kumulatif juga memiliki jenis khusus lainnya, yang dapat disebut konjungsi korelatif atau kata sambung korelasi. Kata sambung korelasi ini bisa digunakan secara berpasangan dengan konjungsi lain yang memiliki jenis berlainan. Beberapa jenis konjungsi korelatif ini antara lain:

  • Baik .... maupun....
  • Tidak hanya .... melainkan....
  • Dan ....sama – sama....

#2 Konjungsi alternatif, jenis konjungsi ini masih dibagi lagi menjadi dua, yakni konjungsi yang menunjukkan di antara dua pilihan, serta konjungsi yang menunjukkan adanya perbedaan yang kontras. Berikut penjelasannya.

2#1 Menunjukkan di antara dua pilihan. Konjungsi alternatif yang menunjuk pada pilihan antara dua hal ini menggunakan kata hubung alternatif, yang dapat berupa :
  • ...atau...
  • Atau, kalau tidak
  • Kalau tidak
  • Tidak/ bukan .... ataupun
  • Kalau tidak

2#2 Menunjuk pada perbedaan yang kontras. Konjungsi alternatif yang menunjuk pada hal yang kontras ini, dapat berupa :
  • Namun, tetapi
  • Sebaliknya
  • Cuma, hanya
  • Namun
  • Tetapi

2#3 Konjungsi illatif. Konjungsi illative ini digunakan untuk menunjukkan suatu kesimpulan. Kata hubung illative atau kesimpulan dapat berupa :
  • Oleh karenanya
  • Maka
  • Sebab itu, karena itu, karenanya
  • Jadi, karena itu, maka
  • Oleh karena itu
  • Atas alasan apa

#3 Konjungsi Subordinat
Fungsi konjungsi subordinat adalah untuk menghubungkan antara satu kalimat pokok dengan anak kalimat. Untuk anak kalimat yang diawali dengan konjungsi subordinat ini, maka tidak dapat berdiri sendiri, atau bergantung pada induk kalimatnya.
Jadi, anak kalimat tersebut harus bergantung pada kalimat pokok atau principal sentence atau main clause atau independent clause, serta tidak bergantung pada klausa lainnya. Agar lebih jelas, berikut adalah contoh konjungsi subordinat :

Kalimat pokok: Saya akan bekerja besok.
Kata sambung: jika
Anak kalimat: Saya telah menyelesaikan tugas.
Kalimat berkonjungsi subordinat : Besok saya akan bekerja jika telah menyelesaikan tugas.

Konjungsi subordinat ini pun masih dapat dibagi dalam beberapa jenis lagi, yang meliputi :

3#1 Kata hubung perkenalan, yang digunakan sebagai penunjuk pengantar atau sebagai perkenalan dan dipakai dengan menggunakan kata bahwa. Sebagai contoh : Nira bersumpah, bahwa dia tidak akan berbuat curang.

3#2 Kata hubung sebab atau alasan, yang digunakan sebagai suatu penunjuk sebab atau alasan dan digunakan dengan menggunakan kata ‘karena’. Sebagai contoh : Dila tidak dapat bermain karena kakinya sakit.

3#3 Kata hubung akibat atau pengaruh, yang digunakan untuk menunjukkan adanya akibat atau pengaruh mengenai suatu hal dengan menggunakan kata ‘sehingga’. Contohnya : Lusi berlari sangat kencang, sehingga membuat kakinya sakit.

3#4 Kata hubung tujuan atau maksud, yang digunakan untuk menunjukkan adanya maksud atau tujuan tertentu mengenai suatu hal dengan menggunakan kata ‘supaya’ atau ‘agar’. Contoh: Linda berlatih dengan giat, supaya mendapat nilai bagus.

3#4 Kata hubung waktu, yang digunakan untuk menunjukkan adanya suatu maksud atau tujuan tertentu terkait sesuatu hal, dan dengan menggunakan kata ‘segera setelah’, ‘selagi’, ‘selama’, ‘sebelum’, ‘hingga’, ‘sampai’, ‘setelah’, dan ‘sejak’. Sebagai contoh: Ibu akan ke toko, setelah memasak nasi.

Macam - macam Konjungsi Berdasarkan Fungsi

Macam macam konjungsi juga dapat dilihat berdasarkan pada fungsinya. Beberapa macam konjungsi berdasarkan fungsinya, meliputi :

1# Konjungsi Aditif (gabungan)
Konjungsi aditif juga dapat disebut sebagai konjungsi gabungan. Konjungsi jenis ini termasuk dalam konjungsi koordinatif yang berfungsi menggabungkan dua kata, frasa, klausa, atau kalimat yang memiliki kedudukan sederajat. Contohnya : dan, lagi, lagi pula, dan serta.

2# Konjungsi Pertentangan
Konjungsi pertentangan adalah jenis konjungsi yang menghubungkan dua bagian kalimat sederajat, tetapi dilakukan dengan mempertentangkan kedua bagian dari kalimat tersebut. pada bagian kedua, umumnya menduduki posisi yang lebih penting dibanding dengan bagian pertama. Sebagai contoh konjungsi pertentangan berupa : padahal, sedangkan, tetapi, akan tetapi, sebaliknya, melainkan, dan namun.

3# Konjungsi Disjungtif (pilihan)
Konjungsi disjungtif atau konjungsi pilihan digunakan untuk menghubungkan dua unsur yang sifatnya sederajat dan berfungsi agar memilih salah satu dari dua hal atau lebih. Sebagai contoh : maupun, atau, atau....atau, baik...baik..., dan entah...entah...

4# Konjungsi waktu
Konjungsi waktu adalah jenis konjungsi yang fungsinya untuk menjelaskan adanya hubungan waktu di antara dua hal atau beberapa peristiwa yang ada. Kata-kata konjungsi yang bersifat temporal menjelaskan adanya hubungan yang tidak sederajat atau pun sederajat.
Contoh konjungsi waktu untuk menghubungkan dua kalimat tidak sederajat, dapat menggunakan kata berupa : apabila, hingga, sementara, bilamana, sejak, selama, bila, sambil, ketika, sebelum, sesudah,sedari, seraya, setelah, semenjak, waktu, sampai, demi, dan tatkala.
Adapun contoh konjungsi waktu untuk menghubungkan bagian kalimat yang sederajat, dapat menggunakan kata, berupa : sebelumnya dan sesudahnya.

5# Konjungsi Final (tujuan)
Konjungsi final atau konjungsi tujuan adalah konjungsi yang sejenis modalitas untuk menjelaskan mengenai maksud dan tujuan suatu peristiwa atau tindakan. Kata-kata umum yang biasa dipakai menyatakan hubungan, dapat berupa : supaya, guna, untuk, dan agar.

6# Konjungsi Sebab (kausal)
Konjungsi sebab atau konjungsi kausal menjelaskan bahwa suatu peristiwa dapat terjadi dikarenakan oleh sebab tertentu. Pada kalimat berkonjungsi sebab, ketika ada anak kalimat yang ditandai dengan kata konjungsi ini, maka induk kalimatnyalah yang merupakan akibat.
Kata-kata yang umum digunakan menyatakan hubungan sebab, dapat berupa : sebab, sebab itu, karena, dan karena itu.

7# Konjungsi Akibat (konsekutif)
Konjungsi akibat atau konjungsi konsekutif menjelaskan bahwa suatu peristiwa dapat terjadi diakibatkan suatu hal yang lain. Anak kalimat dengan konjungsi ini dapat dikenali dari adanya konjungsi yang menyatakan akibat, sedangkan peristiwa yang dimaksud merupakan induk kalimat. Kata-kata yang umum digunakan pada konjungsi akibat dapat berupa : sehingga, sampai, dan akibatnya.

8# Konjungsi Syarat (kondisional)
Konjungsi syarat atau konjungsi kondisional ini menjelaskan bahwa suatu hal terjadi ketika adanya syarat -syarat yang disebutkan telah terpenuhi. Kata konjungsi syarat contohnya : jika, jikalau, asalkan, apabila, kalau, dan bilamana.

9# Konjungsi Tak Bersyarat
Kata penghubung atau konjungsi tak bersyarat digunakan untuk menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi tanpa harus memenuhi syarat - syarat. Contoh konjungsi tak bersyarat ini, dapat berupa : meskipun, walaupun, dan biarpun.

10# Konjungsi Perbandingan
Konjungsi perbandingan adalah jenis konjungsi yang fungsinya menghubungkan dua hal dan dilakukan dengan jalan membandingkan kedua hal tersebut. Contoh konjungsi perbandingan dapat berupa : seakan-akan, bagai, sebagai, seperti, bagaikan, umpama, ibarat, sebagaimana, dan daripada.

11# Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif digunakan untuk menghubungkan dua bagian dari kalimat yang memiliki hubungan sedemikian rupa, agar kalimat yang satu dapat langsung berpengaruh terhadap kalimat lain atau satu kalimat melengkapi kalimat lain.
Contoh konjungsi korelatif yang dapat digunakan pada kalimat dengan menggunakan hubungan timbal-balik misalnya: tidak hanya….tetapi juga..., sedemikian rupa..., kian….. kian, bertambah……bertambah, sehingga..., semakin …..semakin, baik..., dan maupun.

12# Konjungsi Penegas (menguatkan atau intensifikasi)
Konjungsi penegas digunakan untuk menegaskan atau meringkas bagian -bagian yang terdapat pada kalimat yang sudah disebutkan sebelumnya, termasuk pada berbagai hal yang menyatakan rincian. Contoh konjungsi penegas, dapat berupa : bahkan, umpama, yaitu, apalagi, misalnya, yakni, ringkasnya, dan akhirnya.

13# Konjungsi Penjelas (penetap)
Konjungsi penjelas atau konjungsi penetap berfungsi untuk menghubungkan bagian kalimat yang terdahulu dengan perinciannya. Contoh konjungsi penjelas, dapat berupa : bahwa.

14# Konjungsi Pembenaran (konsesif)
Konjungsi pembenaran adalah konjungsi konsesif termasuk konjungsi subordinatif yang menghubungkan dua hal, dengan cara membenarkan atau mengakui terhadap suatu hal lain, sekaligus dengan cara menolak hal lainnya lagi yang ditandai konjungsi tersebut.
Pada kalimat dengan konjungsi ini, pembenaranya dinyatakan dalam bentuk klausa utama (induk kalimat). Adapun penolakan pada konjungsi tersebut dinyatakan dalam bentuk anak kalimat yang didahului konjungsi. Contoh konjungsi pembenaran ini, dapat berupa : meskipun, walaupun, ungguhpun, kendatipun, sbiarpun, biar, dan sekalipun.

15# Konjungsi Urutan
Konjungsi urutan digunakan untuk menunjukkan suatu kalimat menyatakan adanya urutan dari sesuatu hal atau peristiwa. Contoh konjungsi urutan, dapat berupa : lalu, mula-mula, dan kemudian.

16# Konjungsi Pembatasan
Konjungsi pembatasan digunakan untuk menunjukkan pembatasan yang dilakukan pada suatu hal atau dalam batas-batas dari suatu perbuatan yang bisa dikerjakan. Contoh konjungsi pembatasan, dapat berupa : kecuali, selain, dan asal.

17# Konjungsi Penanda
Konjungsi penanda digunakan untuk menyatakan terhadap penandaan suatu hal. Contoh konjungsi penanda, dapat berupa : umpamanya, misalnya, contohnya. Selain itu, ada juga bentuk konjungsi penanda pengutamaan, yang contoh konjungsinya dapat berupa : pokok, paling utama, dan terutama.

18# Konjungsi Situasi
Konjungsi situasi adalah konjungsi yang menjelaskan perbuatan tertentu yang terjadi atau berlangsung dalam keadaan atau kondisi tertentu. Contoh konjungsi situasi ini, dapat berupa : sedang, sedangkan, padahal, dan sambil.
Nah, selesai sudah penjelasan kita mengenai konjungsi, baik meliputi pengertian konjungsi, macam macam konjungsi, dan dilengkapi dengan contoh konjungsi dalam berbagai bentuk. Sudah jelas bukan penjelasan kali ini? Semoga bermanfaat dan selamat belajar ya.

Referensi:
Tim Guru Eduka. 2015. Mega Book Pelajaran SMA/MA IPA Kelas X, XI, dan XII. Depok: Cmedia.
Tim Guru Indonesia. 2015. Top No.1 UN SMA/ MA IPS 2016. Jakarta: PT Bintang Wahyu.
Tukan, P. 2007. Mahir Berbahasa Indonesia 3: Sekolah Menengah Atas Kelas XII Program IPA dan IPS. Jakarta: Yudhistira.

Contoh Teks Prosedur membuat Makanan

B2I kali ini akan memberi contoh salah satu teks prosedur. Tema yang diambil adalah contoh teks prosedur untuk membuat makanan. Silahkan disimak contohnya di bawah ini.

Apakah Kamu tahu dan pernah melihat Rice Cooker. Rice cooker adalah sebuah peralatan elektronik yang lazim kita temui di rumah. Alat ini memiliki fungsi untuk menanak nasi sehingga proses menanak nasi bisa dilakukan dengan lebih mudah dan praktis.

Cara menanak nasi dirubah menjadi cara modern dan langsung. Saat ini, penggunaan rice cooker untuk menanak nasi sudah banyak digunakan berbagai kalangan masyarakat.

Contoh Teks Prosedur membuat Makanan

Kemudian, bagaimana cara menanak nasi dengan rice cooker? Berikut ini adalah langkah - langkahnya :
  1. Siapkan beras, lalu cuci beras dengan menggunakan air bersih. Cuci sebanyak dua kali, lalu tiriskan airnya.
  2. Masukkan beras yang sudah dicuci ke dalam wadah rice cooker.
  3. Tambahkan air dengan perbandingan beras dan air adalah 1 : , atau bisa disesuaikan dengan takaran yang sudah disebutkan di dalam rice cooker.
  4. Tutup rapat rice cooker.
  5. Hubungkan kabel rice cooker dengan saluran listrik.
  6. Klik tombol “cooking” pada rice cooker, sampai lampu yang terdapat pada tanda ‘cooking’ menyala.
  7. Tunggu hingga tombol rice cooker berubah menyala pada tanda ‘warm’. Ini berarti proses memasak sudah selesai. Nasi Anda siap untuk dinikmati.
Sumber:

Pengertian dan Ciri – Ciri Teks Deskripsi

Dalam pelajaran bahasa Indonesia, kita mengenal adanya teks deskripsi. Kali ini kita akan membahas mengenai pengertian teks deskripsi, dan ciri –ciri teks deskripsi. Teks deskripsi ini juga sering disebut sebagai teks deskriptif.

Pengertian Teks Deskripsi

Pengertian teks deskriptif atau paragraf deskriptif menurut Iskak dan Yustinah (2008) adalah salah satu jenis karangan yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan keadaan yang dialami pengarang, sehingga pembaca dapat memahami segala sesuatunya tersebut sesuai yang dilukiskan dalam teks.

Pengertian teks deskripsi juga disampaikan oleh Winarsih dan Wahyuni (2008) yang menyatakan bahwa teks deskripsi juga dinamakan dengan lukisan. Ini berarti suatu karangan yang isinya mengenai lukisan atau penggambaran suatu objek. Hal tersebut dilakukan supaya pembaca melihat, mendengar, dan merasakan sendiri, hal –hal yang dilukiskan tersebut.

Adapun Sutarni dan Sukardi (2008) menggambarkan pengertian teks deskripsi sebagai suatu paragraf yang menggambarkan objek secara rinci atau mendetail yang dilengkapi dengan ilustrasi. Ilustrasi inilah yang membuat pembaca seolah – olah dapat melihat, mendengar, ataupun mengamati sendiri objek yang diceritakan.

Pengertian dan Ciri – Ciri Teks Deskripsi

Ciri – ciri Teks Deskriptif

Ciri – ciri paragraf deskriptif menurut Paujiyanti (2014), yaitu:
  • Penggambaran yang dilakukan dengan melibatkan kelima indra manusia.
  • Memberikan gambaran mengenai benda, tempat atau suasana.
  • Memberi penjelasan tentang objek yang sedang dideskripsikan dalam teks.
  • Memiliki tujuan agar seolah –olah pembaca dapat mendengar, melihat, maupun merasakan yang dideskripsikan oleh penulis itu sendiri.

Baca juga: Pengertian Konjungsi, Macam Macam Konjungsi dan Contohnya

Adapun ciri ciri teks deskripsi menurut Sutarni dan Sukardi (2008), yaitu:
  • Mengutamakan tujuan pada munculnya kesan berdasar efek panca indra.
  • Menggambarkan atau menguraikan suatu benda, hal, atau peristiwa sebagai suatu objek.
  • Membutuhkan data yang berwujud fakta untuk mengilustrasikan sesuatu, sehingga dapat memperjelas penggambaran.
  • Menggunakan pola pengembangan dengan menggunakan urutan ruang.
  • Menggali sumber ide atau gagasan dengan berdasar pada pengamatan atau observasi.

Itulah penjelasan mengenai pengertian juga ciri ciri teks deskripsi. Dalam artikel selanjutnya akan dijelaskan cara langkah langkah penyusunan dan pola pengembangan paragraf deskripsi. Semoga bermanfaat. :)

Sumber:

Ciri Ciri Kata Majemuk dan Pengklasifikasiannya

ciri - ciri Kata Majemuk

Dalam menggunakan bahasa Indonesia, kita akan mengenal adanya berbagai bentuk kata. Salah satu kata yang sering digunakan adalah kata majemuk. Kata majemuk dapat dikenali dari ciri-cirinya yang khas. Berikut akan kita bahas mengenai ciri-ciri kata majemuk dan dilengkapi dengan klasifikasi kata majemuk tersebut, beserta contohnya.

Pengertian Kata Majemuk

Kata Majemuk adalah gabungan dari dua kata (morfem) dasar yang hasil gabungan katanya memiliki makna baru, terlepas dari kata dasar pembentuknya tadi. Kata majemuk ini berbeda dengan frasa ya. Frasa juga merupakan gabungan kata, akan tetapi, dalam frasa, makna kata gabungan yang terbentuk masih berkaitan dengan kata dasarnya. 

Pada frasa, morfem dasar yang membentuknya juga memiliki perbedaan tingkat, dengan satu kata sebagai inti dan kata lainnya menerangkan atau menjelaskan dari inti kata tersebut. Hal ini berbeda dengan kata majemuk, yang kedua katanya memiliki kedudukan sama.

Jadi, kita harus cukup jeli dalam mengenali kata majemuk serta membedakannya dengan frasa. Agar lebih jelas lagi, kita bisa melihat pada ciri-ciri kata majemuk yang diuraikan berikut ini.

Baca juga: Kalimat Efektif: Pengertian, Syarat dan Ciri Ciri

Ciri-ciri Kata Majemuk

1# Kata Majemuk Tidak Bisa Disisipi
Ciri khas paling utama dari kata majemuk adalah gabungan kata ini tidak dapat disisipi dengan kata lainnya. Jika gabungan kata majemuk disisipi dengan kata lain, makna kata majemuk akan berubah atau hilang. Jadi, jika masih bingung apakah suatu gabungan kata termasuk kata majemuk atau frasa, cobalah sisipi dengan kata dasar lain.

Jika maknanya jadi berubah, berarti kata majemuk. Akan tetapi, jika maknanya masih sama, berarti gabungan kata tersebut merupakan frasa. 

Contoh: 
“kacamata” = Jika disisipi menjadi “kaca dari mata”, maknanya akan berubah. Berarti ini adalah kata majemuk.
“sakit mata” = jika disisipi menjadi “sakit pada mata”, maknanya masih sama, berarti ini adalah frasa.

2# Kata Majemuk Tidak Dapat Diperluas Secara Terpisah
Perluasan kata berarti ketika suatu kata atau gabungan kata diberi imbuhan atau afiks. Jika suatu gabungan kata merupakan kata majemuk, kata tersebut tidak bisa diberi tambahan imbuhan di satu kata saja. Jika hendak memberi imbuhan, imbuhan harus melekat di kedua kata pembentuknya.

Ini berbeda dengan frasa yang salah satu katanya dapat diberi imbuhan, sementara kata lainnya tidak. 

Contoh: 
“kereta api” = tidak dapat diperluas menjadi “perkereta api” atau “kereta apian”. Jika hendak diberi imbuhan, yang dapat adalah “perkeretaapian” sehingga ini adalah kata majemuk.

3# Kata Majemuk Posisinya Tidak Dapat Ditukar
Gabungan kata yang membentuk kata majemuk posisinya tidak dapat ditukar atau bersifat tetap. Jadi, kita tidak bisa membalik tempat katanya, karena maknanya akan berubah. Berbeda dengan frasa yang masih bisa ditukar masing-masing kata pembentuknya.

Contoh: 
“angkat kaki” = artinya adalah ‘pergi’. Ketika posisinya ditukar menjadi “kaki angkat” maknanya akan berubah atau hilang. Jadi, kata “angkat kaki” adalah kata majemuk.

Cara Penulisan Kata Majemuk

Penulisan kata majemuk bisa dibagi dalam dua cara, yakni ditulis secara “terpisah” dan “digabung” dari masing-masing morfem dasarnya.
Kata majemuk yang ditulis terpisah masing-masing morfem dasarnya disebut sebagai kata majemuk tidak senyawa. Adapun kata majemuk yang kata-kata dasarnya ditulis bergabung, disebut sebagai kata majemuk senyawa.

Contoh :
Majemuk Senyawa : matahari, kacamata, saputangan, dukacita, sukacita, segitiga
Majemuk Tidak Senyawa : kereta api,  rumah sakit, mata kaki, harga diri

Baca juga: Pengertian dan Ciri – Ciri Teks Deskripsi

Makna Kata Majemuk

Kata gabungan berupa kata majemuk memiliki makna yang khas. Adapun makna kata majemuk ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni makna idiom dan makna semi idiom.

# Kata Majemuk Bermakna Idiom
Sebuah kata majemuk dikatakan memiliki makna sebagai idiom ketika makna dari tiap-tiap kata dasar yang membentuknya hilang. Jadi, tidak ada salah satu kata dasar yang mengarah pada makna baru yang dibentuk dari kata majemuk tersebut. Sederhananya, idiom ini adalah makna kata yang dihasilkan sama sekali berbeda jauh dengan kata-kata dasar yang membentuknya.
Contoh: “harga diri” dan “matahari”

# Kata Majemuk Bermakna Semi-idiom
Kata majemuk yang memiliki makna semi idiom berarti kita masih bisa menemukan makna asli dari salah satu kata dasar pembentuk gabungan kata tersebut. Hanya saja, makna yang dihasilkan sedikit berubah atau bergeser.
Contoh kata majemuk: “rumah sakit” dan “buku tulis”.

Ciri Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif

kalimat aktif dan kalimat pasif

Ada berbagai bentuk kalimat yang kita kenal dalam pelajaran bahasa Indonesia. Di antara bentuk kalimat yang paling banyak digunakan dan dipelajari adalah kalimat aktif dan kalimat pasif. Saya yakin, kamu pasti pernah mendengar istilah kalimat pasif dan kalimat aktif, bukan?

Kalimat aktif dan kalimat pasif dibedakan berdasarkan pola kalimatnya, terutama pada ciri khas hubungan antara subjek dan predikatnya. Untuk bisa mengenali perbedaan kalimat pasif dan kalimat aktif, tentunya kita harus paham pengertian dan ciri-ciri kalimat aktif dan kalimat pasif. Untuk itu, kita akan mengulas pengertiannya, ciri-cirinya, juga bentuk turunan dari kalimat pasif dan kalimat aktif ini.

Pengertian Kalimat Aktif dan Pasif

Pengertian kalimat aktif adalah kalimat yang mempunyai subjek berupa pelaku atau yang melakukan pekerjaan atau kejadian. Biasanya, dikatakan juga predikat dari kalimat aktif adalah “mengenai pekerjaan” sehingga subjeknya bertindak aktif melakukan sesuatu.

Contoh kalimat aktif :
Lina membeli permen
Subjek = Lina
Predikat = membeli
Objek = permen

Kalimat aktif di atas tampak bahwa predikatnya menunjukkan kegiatan subjek yang aktif, yakni membeli.

Sedangkan kalimat pasif pengertiannya adalah berupa kalimat yang subjeknya berupa pihak yang dikenai pekerjaan atau bertindak sebagai objek dari suatu pekerjaan. Dengan kata lain, kalimat pasif memiliki subjek yang bersifat pasif atau tidak bertindak.

Contoh Kalimat Pasif:
Permen dibeli Lisa.
Subjek = permen
Predikat = dibeli
Objek = Lisa

Kalimat pasif di atas tampak bahwa predikatnya menunjukkan bahwa subjek tidak melakukan kegiatan atau pasif atau subjeknya dikenai pekerjaan.

Baca juga: Pengertian Konjungsi, Macam Macam Konjungsi dan Contohnya

Ciri - ciri Kalimat Aktif

Kalimat aktif memiliki ciri-ciri khusus untuk membedakan dengan kalimat pasif. Berikut adalah ciri-ciri kalimat aktif secara umum :

1# Predikatnya Cenderung Memiliki Imbuhan me- atau ber-
Dalam kalimat aktif, cara paling mudah mengenalinya adalah melihat dari bentuk kata predikatnya. Ketika predikat kalimat memiliki kata dengan imbuhan me- atau ber-, bisa dipastikan bahwa kalimat tersebut merupakan kalimat aktif. Ini karena pada kata dengan imbuhan me- atau ber- akan menunjukkan bahwa kalimat tersebut melakukan pekerjaan atau aktif melakukan tindakan.

Contoh:
Lisa memotong sayur bayam di dapur.
Subjek = Lisa
Predikat = memotong
Objek = sayur bayam
Keterangan = di dapur

2# Predikatnya Bisa Berupa Kata Aus
Suatu kalimat aktif bisa jadi tidak menggunakan imbuhan me- atau ber-. Ciri khas lain ketika suatu kalimat aktif tidak menggunakan imbuhan tersebut adalah adanya kata aus sebagai predikatnya. Kata aus pada kalimat aktif juga menunjukkan bahwa kalimat tersebut subjeknya melakukan pekerjaan atau aktif. 

Kata aus sendiri adalah kata yang tidak perlu mendapatkan imbuhan sebagai predikat dalam suatu kalimat. Maksudnya, jika kata tersebut diberi predikat, hasilnya justru akan merubah makna kata menjadi tidak sesuai dengan maksud sebelumnya. Atau berubah maknanya.

Karenanya, kata aus dalam predikat ini tidak membutuhkan imbuhan untuk menunjukkan bahwa subjeknya melakukan pekerjaan. Hanya saja, ketika suatu kalimat aktif menggunakan kata aus sebagai predikatnya, biasanya kalimat aktif tersebut tidak dapat diubah menjadi kalimat pasif.

Contoh kata aus misalnya mandi, makan, tidur, tinggal. Misalnya saja kata-kata aus tersebut diberi imbuhan me- atau ber- dalam kalimat aktif, maka makna katanya justru akan berubah atau tidak pas, sehingga sebaiknya tidak diberi imbuhan saja.

Contoh kalimat aktif dengan kata aus :
Adik tinggal di rumah bersama Ibu.
Subjek = adik
Predikat = tinggal (kata aus)
Keterangan = di rumah bersama Ibu.

Baca juga: Unsur Unsur Intrinsik Puisi

Ciri - ciri Kalimat Pasif

Ada beberapa ciri kalimat pasif yang bisa kita gunakan untuk mengenali kalimat tersebut sebagai kalimat pasif. Berikut adalah ciri-ciri kalimat pasif :

1# Predikat Cenderung Berimbuhan di-, ter-, atau ke-an
Kalimat yang menggunakan predikat dengan imbuhan di-, ter-, atau ke-an, berarti kalimat tersebut merupakan kalimat pasif. Sebab, kata-kata dengan imbuhan tersebut menunjukkan bahwa predikat tersebut memempatkan posisi subjek sebagai pihak yang dikenai pekerjaan atau pasif. 

Contoh :
Sayur itu dimakan Adik sampai tak tersisa.
Subjek = sayur itu
Predikat = dimakan
Objek = Adik 
Keterangan = Sampai tak tersisa

2# Memiliki Pronomina Persona yang Bergabung dengan Predikat
Ciri kalimat pasif lainnya, jika tidak menggunakan ketiga imbuhan di atas, adalah menggunakan pronomina persona yang bergabung dengan predikatnya. Pronomina persona merupakan bentuk kata ganti orang pertama, kedua atau ketiga yang diwujudkan dalam kata –ku, -kau, atau –nya.

Pronomina persona dapat merujuk pada posisi objek maupun subjek. Namun, yang perlu diperhatikan adalah pelekatan pronomina persona tadi yang bergabung dengan predikat. Jika predikat mendapat gabungan pronomina persona, bisa dipastikan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat pasif.

Contoh :
Sop itu dicicipinya sendiri.
Subjek = sop itu
Predikat = dicicipinya (dengan pronomina persona)
Sendiri = keterangan cara

Kalimat pasif transitif dan kalimat aktif transitif

Kalimat pasif dan kalimat aktif secara umum memiliki dua bentuk yang sama, yakni yang bisa diubah bentuk ke bentuk kebalikannya. Misal dari kalimat aktif menjadi kalimat pasif atau dari kalimat pasif menjadi kalimat aktif. Kalimat aktif dan pasif yang bisa diubah bentuk ini disebut sebagai kalimat aktif transitif dan kalimat pasif transitif.

Kedua bentuk kalimat ini bisa saling saling diubah karena memiliki pola yang sama, yakni S-P-O. Selain itu, yang paling mendasar adalah pada objek dan subjek yang bisa saling bertukar. Biasanya, kalimat aktif dan pasif bisa saling diubah bentuknya ketika predikatnya merupakan kalimat dengan imbuhan.

Contoh :
Aktif = Lina membungkus kado.
Pasif = Kado dibungkus Lina.

Contoh 2:
Pasif = Baju itu disetrika oleh Ibu.
Aktif = Ibu menyetrika baju itu.

Kalimat aktif intransitif dan kalimat pasif intransitif

Kalimat aktif dan pasif ada juga yang tidak bisa diubah bentuknya ke bentuk kalimat kebalikannya. Dalam artian, kalimat aktif yang tidak bisa diubah menjadi kalimat pasif dan kalimat pasif yang tidak bisa diubah menjadi kalimat aktif.

Jika beberapa kalimat aktif dan pasif dapat saling diubah bentuknya, ada juga kalimat aktif yang tidak bisa diubah ke bentuk kalimat pasif atau sebaliknya. Pada kalimat aktif dan pasif yang tidak bisa diubah ke bentuk lainnya, disebut sebagai kalimat aktif intransitif dan kalimat pasif intransitif.

Berarti pada model kalimat pasif intransitif maupun aktif intransitif ini tidak memiliki objek atau pelengkap sehingga tidak bisa diubah ke betuk kebalikannya. Untuk itu, kita harus bisa mengenali bentuk kalimat pasif atau aktif yang tidak bisa diubah bentuk ini. 

Contoh Kalimat Aktif Intrasitif:
Adik menguap sejak tadi.
Adik = subjek
Menguap = predikat
Sejak tadi = Ket. waktu

Contoh Kalimat Pasif Intrasifif:
Buku itu sedang dipinjam.
Buku itu = subjek
Dipinjam = predikat
Kedua contoh kalimat di atas tidak memiliki objek sehingga tidak bisa diubah ke bentuk kalimat kebalikannya.

Tata Cara Penggunaan Tanda Baca yang Benar dan Contohnya

tanda baca

Dalam sebuah kalimat, kita akan menemukan kumpulan kata dan disertai dengan tanda bacanya. Tanda baca dalam sebuah kalimat memiliki peran yang sangat penting. Sebab, dengan tanda baca inilah kita bisa memahami maksud sebuah kalimat atau paragraf dengan lebih mudah.

Jadi, penggunaan tanda baca penting untuk diperhatikan ketika kita menulis. Ada berbagai aturan tata cara penulisan tanda baca dalam ejaan Bahasa Indonesia yang harus diperhatikan agar kita bisa menuliskannya dengan baik dan benar. Apabila penulisan tanda baca dilakukan secara keliru, hasilnya bisa membingungkan pembaca atau bahkan jadi mengubah makna tulisan.

Ada berbagai bentuk tanda baca yang biasa digunakan dalam ejaan Bahasa Indonesia. Beberapa penggunaan tanda baca tersebut akan kita bahas pada artikel kali ini. Agar lebih jelas, di tiap-tiap penjelasan tentang penggunaannya akan diberikan contoh sehingga lebih mudah dipahami.

# Penggunaan Tanda Baca Titik (.)
Tata cara peletakkan tanda baca titik yang paling umum adalah untuk menandai akhir rangkaian kata. 

Contoh: 
• Diva pandai menyanyi dan menari tradisional.
• Jika tidak ada halangan, saya akan ke rumah Kakek.
Peletakkan tanda baca titik lainnya adalah mengakhiri singkatan yang belum resmi. 

Contoh : 
• hlm. (halaman)
• s.d. (sampai dengan)
• yth. (yang terhormat)
• a.n. (atas nama)

Peletakkan tanda titik juga berguna membatasi singkatan pada gelar sarjana terhadap bidang yang diambil. 

Contoh : 
• S.Pd (Sarjana Pendidikan)
• S.H. (Sarjana Hukum)
• S.Sos. (Sarjana Sosial)
• S.E (Sarjana Ekonomi)

Tanda titik diletakkan pada bagian akhir angka atau huruf di dalam laporan atau tabel.

Contoh :
• Tabel 3.1. Nilai Penjualan Tahun 2010-2018.
Peletakkan tanda titik sebagai pembatas antara satu keterangan lain dalam daftar pustaka.

Contoh: 
• Weni, Diah. 2015. Cinta Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Aksara Home.
Tanda titik diletakkan sebagai pembatas antara angka dalam bilangan ribuan serta kelipatannya

Contoh: 
• Lia harus membayar Rp 25.000.000. untuk melunasi kekurangan biaya kuliahnya.
• Volume waduk ini tinggal 15.000 kubik.
Tanda titik digunakan untuk menandai batas antara jam dan menit dalam hitungan waktu.

Contoh :
• Undangan untuk orang tua wali murid dimulai pukul 09.00.
• Pukul 15.00 saya sudah tiba di kantor Bupati.

Penggunaan tanda titik (.) memang cukup banyak dan sering digunakan. Akan tetapi, perlu diketahui juga bahwa tanda titik ini tidak untuk digunakan dalam penulisan judul atau keterangan pengirim serta tujuan yang ada dalam surat.

Baca juga: Kalimat Efektif: Pengertian, Syarat dan Ciri Ciri

Penulisan Tanda Tanya (?)
Penggunaan tanda tanya diletakkan di akhir kalimat pada kalimat tanya, untuk menunjukkan ciri khas kalimat tanya. Jika sudah terdapat tanda tanya, tidak diperlukan lagi tanda titik.

Contoh:
• Dimana saya dapat menemui kepala sekolah?
• Kenapa Anda terlambat mengikuti tes wawancara?
• Anda akan ikut bersama mereka, bukan?

Penggunaan Tanda Seru (!)
Tanda seru (!) diletakkan di bagian akhir kalimat sebagai penutup kalimat untuk menggantikan tanda titik pada kalimat perintah atau kalimat seruan.

Contoh :
• Buka Topimu!
• Buanglah sampah pada tempatnya!
• Buka pintu, tutup kembali!

Penggunaan Tanda Koma (,)
Penggunaan tanda koma selalu berada di tengah-tengah kalimat, tidak bisa diletakkan di awal maupun akhir kalimat. Peletakkan tanda koma dapat sebagai pemerinci pada kalimat yang di dalamnya mempunyai subjek, objek, dan keterangan lebih dari dua. Untuk memisahkan rincian, tanda koma diletakkan di bagian akhir kata yang dirinci dan di kata terakhir diletakkan sebelum kata yang menjadi kata hubung.

Contoh: 
• Sebagai bahan praktikum, Lila membutuhkan kapas, air, gelas dan biji kedelai.
• Adik meminta pensil, buku gambar, dan cat air.

Penggunaan tanda koma untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat yang terletak sesudahnya.

Contoh: 
• Karena hari hujan, Dini tidak berangkat les musik.
• Untuk memenuhi janjianya, Dita rela melewati hujan menemui Dini.

Penggunaan tanda koma untuk memisahkan petikan kalimat langsung dengan kalimat utamanya. Untuk petikan yang berada di belakang pengujar, peletakkan tanda koma berada sebelum petikan langsung. Sebaliknya, apabila petikan kalimat langsung mendahului pengujar, peletakkan tanda koma berada di bagian akhir petikan, sebelum tanda kutip (“_”).

Contoh:
• Ibu guru menesahati kami “Kalian harus rajin belajar untuk menghadapi ujian.”
• “Jangan sampai terlambat saat ujian ya,” Kata Bu Guru Lily menasehati kami.
Tanda koma digunakan untuk memisahkan nama dengan gelar yang mengikutinya.

Contoh: 
• Pak Sandi telah menyelesaikan studi S2nya dan kini namanya menjadi Sandi Diaga, M.Pd.

Penggunaan tanda koma untuk memisahkan nama pengarang yang dibalik di dalam penulisan daftar pustaka.

Contoh: 
• Ros, Diani. 2016. Aku Cinta Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Media.

Penggunaan tanda koma untuk membatasi satu keterangan dengan keterangan lainnya yang berada di dalam catatan kaki.

Contoh: 
• Liliana Sindia, Tata Bahasa Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Baru, 191), hlm. 71.

Penggunaan tanda koma untuk mengapit keterangan tambahan yang ada dalam kalimat.

Contoh:
• Kakek yang berdiri di ujung jalan itu, Mbah Rajin, sudah berusia 101 tahun.

Penggunaan Tanda Titik Dua (:)
Penggunaan tanda baca titik dua (:) dapat untuk pembatas keterangan dengan rinciannya.

Contoh: 
• Alat-alat yang perlu disiapkan untuk acara study tour berupa : pakaian ganti, obat pribadi, jas almamater, sepatu formal dan kartu identitas diri.

Tanda titik dua juga dipakai untuk penanda batas dialog yang ada pada naskah drama antara pengujar dan kalimat yang diucapkan.

Contoh:
• Dini : “Aku berani bersumpah bahwa aku sama sekali tidak tahu.”
• Rodi : “Aku tidak percaya janji-janji yang kau ucapkan.”

Tanda titik dua digunakan sebagai penanda batas antara penerbit dengan kota penerbit dalam penulisan daftar pustaka.

Contoh :
• Dila Respati. 2019. Aku Cinta Bahasa Indonesia. Jakarta : Gusnia Pintar.
Tanda titik dua dipakai untuk membatasi keterangan yang ada di dalam tulisan yang bersifat laporan.

Contoh :
• Nama lengkap : Diana Worori
• NPM : 2019123123
• Program studi : Pendidikan Bahasa Indonesia

Penggunaan Tanda Titik Koma (;)
Penggunaan tanda baca titik koma (;) memiliki tata cara peletakkan yang sama dengan tanda titik dua, akan tetapi baru bisa digunakan ketika terdapat dua penempatan tanda koma, yang salah satunya memiliki sifat lebih tinggi daripada yang lainnya atau pada kalimat majemuk. Adapun peletakkan tanda titik koma diletakkan pada kalimat yang sifatnya lebih tinggi. 

Contoh: 
• Setelah nama Anda terdaftar secara online; Anda harus segera menyiapkan berkas asli pendaftaran, meliputi : KTP, Ijazah, sertifikat, kartu kuning dan surat keterangan catatan kepolisian.

Penggunaan Tanda Hubung (-)
Penggunaan tanda hubung adalah untuk menghubungkan kata-kata yang mengalami pengulangan.

Contoh: 
• Murid-murid sudah siap mengikuti upacara bendera.
Penggunaan tanda hubung untuk menghubungkan imbuhan bahasa Indonesia dengan kata asing.

Contoh: 
• Setelah mendapatkan akun, berkas yang dibutuhkan harus segera di-upload sesuai ketentuan.

Penggunaan Tanda Pisah (—)
Penggunaan tanda pisah sebagai pengapit antara keterangan tambahan pada suatu kalimat.

Contoh :
• Dia membutuhkan asupan gizi seimbang –empat sehat lima sempurna—untuk mempercepat pemulihan diri. 
Tanda pisah dipakai menggantikan kata sampai atau hingga yang terdapat pada keterangan waktu.

Contoh:  
• Perayaan wisuda fakultas direncanakan akan berlangsung pukul 19.00—21.00.

Penggunaan Tanda Petik (‘…’)
Penggunaan tanda petik dipakai untuk mengapit istilah yang mempunyai makna konotatif atau berarti tidak sebenarnya.

Contoh :
• Lia itu sudah seperti ‘tangan kanan’ bagi perusahaan.
Tanda petik digunakan mengapit makna kata konotatif yang langsung dicantumkan di dalam kalimat.

Contoh :
• Kamu jangan dekat-dekat dengan anak yang panjang tangan ‘suka mencuri’ itu.

Penggunaan Tanda Kutip (“…”)
Tanda kutip digunakan untuk mengapit judul makalah, judul rubrik, bab buku, serta judul karangan lain yang belum diterbitkan.

Contoh: 
• Lia sedang membaca novel “Air Mata Surga” di dalam kamarnya.
Penggunaan tanda kutip untuk mengapit kalimat langsung.

Contoh: 
• Bu Rani menyampaikan, “Semua siswa tidak boleh datang terlambat saat ujian.”

Penggunaan Tanda Garis Miring (/)
Penggunaan tanda garis miring dalam kaidah ejaan bahasa Indonesia biasanya bermanfaat dalam surat menyurat. Tanda garis miring berguna untuk pembatas dalam nomor surat, serta untuk menggantikan kata tiap.

Contoh :
• Nomor : 171/FKIP/09/19
• Kuota untuk penerimaan mahasiswa baru tahun ini adalah 500/ prodi.